"Welcome to TKIT Harapan Bunda, membentuk generasi ceria, mandiri dan berakhlaq mulia"
TKIT Harapan Bunda didirikan tahun 1997, dibawah payung Yayasan Bakti Ibu. TK ini telah mendapatkan perhatian dan simpati yang lebih dari masyarakat semarang dan sekitarnya.
November 2007, TKIT Harapan Bunda telah ter-Akreditasi A oleh Badan Akreditasi Nasional dengan nilai 96,24.
Semoga TKIT Harapan Bunda terus berkarya, istiqomah serta menghasilkan generasi-generasi Rabbani yang ceria, mandiri dan berakhlaq mulia

03 September 2008

SAMBUT RAMADHAN dgn NAIK KERETA KELILING KOTA



Hore... hore... hore... Ramadhan tiba
Hore... hore... hore... bulan puasa
Puasalah sekuatmu kata Ibu guru
Rahmat Allah untukmu kata Bapak Ibu
Dan aku jadi sehat
dan aku jadi kuat
Hore... hore... hore .....

Itulah bait syair yang dilantunkan anak-anak dalam mengiringi perjalanan tarhib Ramadhan dengan acara rame-rame naik kereta kelinci keliling kota. Pawai ini dilaksanakan untuk mengingatkan kedatangan tamu agung, bulan suci Ramadhan kepada Masyarakat khususnya kota Semarang. Meski panas, tetapi tidak menyurutkan semangat anak-anak untuk mesyiarkan Ramadhan. Acara yang dilaksanakan pada Kamis, 28 Agustus 2008 ini juga dimeriahkan dengan kehadiran ibu-ibu pengurus komite TK untuk menyebarkan brosur jadwal imsakiyah yang mengiringi perjalanan dengan mengendarai sepeda motor.
Perjalanan dimulai dari Kampus TKIT Harapan Bunda, Jl. Brigjen Sudiarto. Kemudian melewati Jl. Soekarno Hatta dan masuk ke Jl. Gajah dan transit sejenak di masjid kebanggaan warga Semarang, Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT). Tak ketinggalan juga Pak polisi yang dengan setia mengawal perjalanan anak-anak untuk kelancaran syiar Ramadhan tahun ini.
Setiap kali melewati kumpulan orang dengan penuh semangat anak-anak mengingatkan ”Bapak-bapak besok puasa ya, Pak Polisi juga puasa ya, Adek-adek, Mbak-mbak, semua puasa ya”.
Dengan lambaian tangan dan senyuman yang dilewatipun kompak menjawab ”Iyaaaa”. Begitulah keceriaan dan semangat anak-anak dalam menyambut Ramadhan meskipun dalam perjalanan beberapa dari mereka juga terbuai dengan rasa kantuk sehingga harus dipangku oleh bu Guru. (mdh&nv_geulis)