Ditulis oleh: Mardiah, AMa - Guru Kelas A Yusuf
Judul diatas adalah sebuah pertanyaan yang penting untuk dijawab oleh kita sebagai praktisi pendidikan anak usia dini atau orang tua pada umumnya yang memiliki anak. Dari waktu ke waktu jawaban tersebutpun akan terus berkembang. Sudah menjadi pemahaman kita bersama bahwa anak yang diamanahkan Alloh merupakan tanggung jawab besar bagi kita. Pendidikan yang terbaik tentu menjadi sebuah keharusan untuk bisa diterima oleh anak yang merupakan karunia agung tersebut.
Seiring dengan perkembangan pendidikan banyak muncul berbagai paradigma baru tentang pendidikan, khususnya pendidikan nak usia dini. Yang disebut anak usia dini adalah anak yang rentang usia 0 – 8 tahun. Jika dulu di negeri kita pendidikan anak dengan rentang usia tersebut dianggap tidak begitu penting, namun pada akhir-akhir ini layanan terhadap anak usia dini menjadi sebuah prioritas bagi pemerintah. Ini tampak dari marak berdirinya berbagai macam progam layanan PAUD baik yang formal, non formal maupun informal yang digalakkan oleh pemerintah.
Para pakar menyatakan bahwa proses pembelajaran pada usia dini adalah masa-masa yang sangat penting dan juga menentukan bagi perkembangan-perkembangan anak selanjutnya. Berbagai sebutan dari para ahli mulai dari golden age, masa peka, masa penting, masa-masa vital, menunjukkan betapa penting usia ini. Menurut penelitian S.Bloom 50% kecerdasan anak sudah terbentuk pada usia 5 tahun, 75% pada usia 8 tahun hingga sempurna sampai usia 18 tahun.
Semangat untuk merangsang perkembangan dimasa ini, mengilhami munculnya sekolah-sekolah PAUD dengan spesifikasi keunggulan masing-masing. Ada sekolah yang menjual konsep sekolah karakter. Multiple intelegensi, holistik, sekolah enterpreneur, dan sebagainya.
NAEYC (The National for the Educational of Young Children) mengemukakan prinsip-prinsip berkembang dan belajarnya anak. Salah satunya menyebutkan bahwa anak adalah pembelajar aktif, mereka mengambil pengalaman fisik, sosial dan pengetahuan yang disampaikan untuk membangun pemahamannya tentang lingkungan sekitar. Anak berkontribusi terhadap perkembangan dan belajarnya sendiri ketika dia berupaya memaknai pengalaman sehari-hari dirumahnya, disekolah dan di masyarat.Sejak lahir anak secara aktif terlibat dalam membangun pemahamannya sendiri berdasarkan pengalamannya yang diperantarai oleh hubungan sosial budaya.
Mengingat begitu pesatnya perkembangan intelegensi anak di usia-usia tersebut, mereka adalah seorang pembelajar aktif, maka mereka juga cenderung untuk meniru hal-hal yang dilihatnya. Bagi orang tua dan guru ini perlu menjadi sebuah kehati-hatian dalam mendidik dan mendampingi mereka. Kita perlu mengingat kembali sebuah nasihat yang sudah populer:
“ Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar meragukan diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar untuk menyenangi diri
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupannya.”
Selain itu guru dan orang tua juga perlu mengadakan refleksi terhadap apa-apa yang selama ini sudah dilakukan. Apakah yang sudah mereka terima dari kita memberikan pengaruh positif untuk mereka ataukah malah memberikan pengaruh negatif untuk mereka.
Seorang pakar Mind & Soul Re-Educator Bambang Nugroho sewaktu memberikan pelatihan yang diselenggarakan PAUD Harapan Bunda beberapa waktu lalu mengemukakan tentang kesalahan – kesalahan fatal orang tua dan guru terhadap anak. Setidaknya ada 10 yang beliau sampaikan, yang perlu menjadi catatan untuk kita, yaitu:
- Selalu toleransi
- Selalu mengalah
- Memberikan intruksi yang tidak jelas
- Mematikan harapan-harapan
- Membunuh kreatifitas
- Membandingkan dengan anak lain
- Memamerkan kesulitan atau penderitaan
- Sikap putus asa
- Tidak memberi contoh
- Over protektif
10 hal tersebut bisa kita renungkan , apakah hal tersebut masih biasa kita lakukan ? jika jawabannya adalah iya maka mari bersama kita memiliki komitmen untuk merubahnya. Wallohu a'lam bishowab. [nd]
0 komentar:
Posting Komentar