oleh Mardiah
Saya terkesan dengan sebuah kalimat dari seorang wali murid pada saat awal Beliau memindahkan putranya dari sebuah sekolah dan menitipkannya pada sekolah ini sekitar delapan tahun yang lalu. Alasan Beliau ketika itu karena guru-guru yang beliau tsiqohi (dipercayai) kompak mengundurkan diri dari sekolah tersebut. Yang sekarang ini putra beliau sudah duduk di kelas 2 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP).
Kurang lebih Beliau mengatakan, “ Saya menitipkan anak saya disini, karena saya percaya kualitas guru-gurunya, ibarat sebuah masakan bu.. jadi atau tidaknya masakan itu tergantung dari kokinya, meskipun semua bahan telah ada jika koki itu tidak mengetahui bagaimana cara membuat sebuah masakan, apa saja yang harus dilakukan dan disiapkan , tentunya masakan yang diinginkan tidak akan terjadi seperti yang diharapkan”.
Itulah kalimat yang kemudian menggoreskan kesan dan memberikan sebuah makna baru untuk saya. Tersanjung sekaligus tertantang, benarkah kami adalah pilihan yang dipilih dari sekian banyak pilihan yang lainnya? Mampukah kami membuktikan bahwa kepercayaan yang diberikan pada kami itu tidak salah? Tentunya hanya karena rahmat Allah semata jika itu benar.
Sekedar contoh jika diibaratkan seorang koki maka jika mendapat tugas atau kepercayaan memasak sayur sop koki harus tahu benar bahan-bahan yang dibutuhkan, bagaimana cara memasaknya, berapa ukuran bumbu-bumbunya, hingga tercapailah sayur sop yang enak dan lezat sesuai yang diinginkan.
Guru dipandang sebagai sosok yang cukup menentukan gagal tidaknya sebuah proses pembelajaran. Fasilitas yang lengkap, kurikulum yang handal tanpa kehadiran guru-guru yang berkualitas, kreatif dan profesional tentu tidak mampu menghasilkan output yang sesuai dengan yang diharapkan.
Paling tidak dari sepenggal kisah atau kalimat itu jika kita mau merenungi maka mampu menjadikan motivasi diri kita untuk senantiasa meningkatkan diri dalam rangka menyempurnakan peran-peran kita. Mungkin juga wali murid pemilik kalimat itu sudah lupa dengan kisah tersebut, saya bahagia karena pemilik kalimat itu untuk saat ini bahkan diamanahi untuk memimpin lembaga pendidikan di sekolah ini.(nv&wafitsu)
TKIT Harapan Bunda didirikan tahun 1997, dibawah payung Yayasan Bakti Ibu. TK ini telah mendapatkan perhatian dan simpati yang lebih dari masyarakat semarang dan sekitarnya.
November 2007, TKIT Harapan Bunda telah ter-Akreditasi A oleh Badan Akreditasi Nasional dengan nilai 96,24.
Semoga TKIT Harapan Bunda terus berkarya, istiqomah serta menghasilkan generasi-generasi Rabbani yang ceria, mandiri dan berakhlaq mulia
28 Agustus 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
hmmm "koki" ???
mungkin benar, koki bagi generasi negeri ini, bagi benih2 agen perubahan, bagi calon-calon pejuang jalan illahi.
sukses bagi para "KOKI"... mudah2an Allah SWT membalasnya dengan taman surgaNya kelak !!!!!!!
Posting Komentar